AESENNEWS.COM, Bandung - Candra, Pria Paruh Baya Penyandang Disabilitas Selama 10 Tahun, Candra tinggal bersama-sama dengan kedua adik perempuannya di sebuah rumah tua warisan orang tua mereka, yang beralamatkan di Kp. Pamagersari RT 002/005 Desa Pakutandang, Kec. Ciparay, Kab. Bandung-Jawa Barat 40381.
"Sebenarnya saya ini adalah anak sulung dari tujuh bersaudara. Dan mereka yang tinggal satu rumah bareng saya sekarang, yaitu: Juliyanti, adik kedua dan Rina, adik keempat dengan anak bungsunya bernama Nona, "aku Candra (Sabtu, 02/11/2024). Kemudian pada tahun 2014, Candra divonis sebagai pengidap penyakit glukoma oleh dokter spesialis mata di Rumah sakit Cicendo-Bandung.
"Awal kejadiannya pada tahun 2014 ketika saya sedang berjualan rujak tumbuk keliling. Pada waktu saya mau memberikan uang kembalian, tiba-tiba pandangan mata saya terasa kabur sehingga salah dalam memberikan uang kembalian tersebut. Tetapi untungnya si pembeli itu jujur, "kenangnya. Dia pun segera melanjutkan, "Kemudian pada tahun itu juga saya berobat ke Rumah Sakit Cicendo menggunakan Kartu Jamkesmas dari pemerintah dengan diantar oleh Yanti, adik saya. Sesampainya di tempat tujuan langsung saya diperiksa dan hasil diagnosa dokter saya divonis sebagai pengidap penyakit glukoma yang mengharuskan untuk dioperasi.
Tetapi sebelum dilakukan operasi, saya diberitahukan oleh pihak dokter di situ bahwa oleh karena penyakit mata glukoma sampai sekarang ini belum ditemukan obatnya, maka sangat kecil kemungkinannya untuk sembuh. Kalau pun gunanya operasi ini hanyalah untuk melenturkan urat syaraf mata saya. Selesai operasi lalu saya diwajibkan untuk rawat inap selama satu hari sekaligus menebus obat di apotek jika obat di Rumah Sakit Cicendo tidak tersedia.
Sesudah menjalani rawat inap selama satu hari itu, maka sebelum pulang saya disarankan oleh dokter di situ untuk berobat jalan secara terus-menerus dengan tujuan hanya untuk mempertahankan kelenturan urat syaraf mata saya tetapi sama sekali bukan untuk membantu kesembuhannya. Dan selama sebulan saya menuruti saran tersebut tetapi selanjutnya tidak, "ucapnya dengan wajah sedih.
"Adapun alasan saya menghentikannya atas dasar pertimbangan ketiadaan biaya.. Jujur saja, saya tidak menhilangkan jasa pemerintah melalui Kartu Jamkesmas sungguh besar sekali tetapi dalam hal perongkosan naik kendaraan umum yang jarak tempuhnya cukup jauh dari rumah saya ke Rumah Sakit Cicendo dan uang untuk menebus obat di apotek setiap kali berobat jalan menjadi beban berat bagi saya mengingat saya tidak bisa bekerja apapun bertepatan dengan musibah ini dan adik-adik saya yang tinggal di luar sana pun sibuk dengan urusan rumah tangga masing-masing dan juga terbatas dalam segi keuangan mereka, "bebernya. Menurut Candra berikutnya bahwa dari mulai dia berobat di Rumah Sakit Cicendo pada tahun 2014 hingga sekarang tahun 2024 ini, keadaan matanya sama sekali tidak mengalami perubahan menuju kesembuhan.
Keadaan sekeliling tempat dia berada terasa gelap gulita sehingga dia sama sekali tidak berani untuk keluar rumah kecuali jika ada orang yang menuntun. "Inilah kesaksian saya semoga bisa menggugah hati Bapak/Ibu Donatur atau Dermawan untuk membantu bagaimana supaya penglihatan mata saya normal kembali. Dan akhir kata dari semuanya saya menghaturkan banyak terima kasih sebelum dan sesudahnya! "pungkasnya kepada awak media Aesennews.com. (Jika Bapak/Ibu berniat untuk membantu Sdr. Candra, silakan kirim ke Bank BRI: 013301014007536 atas nama KARYADI, STH)