Fenomena Childfree yang marak di kalangan artis, padahal hak untuk menikah dan melanjutkan keturunan dijamin oleh HAM.

AESENNEWS.COM - Fenomena childfree yang banyak diadopsi kalangan artis atau figur publik adalah salah satu pilihan hidup yang mencerminkan kebebasan individu dalam memutuskan untuk memiliki anak atau tidak. Ini adalah bagian dari hak atas kebebasan pribadi, termasuk hak untuk menentukan bagaimana seseorang menjalani hidupnya, yang juga termasuk dalam cakupan Hak Asasi Manusia (HAM) atas kebebasan menentukan nasib pribadi.Walaupun hak untuk menikah dan melanjutkan keturunan memang dijamin oleh HAM, tidak adanya paksaan untuk memiliki keturunan juga berarti hak ini tidak harus diambil atau diwujudkan. Banyak orang memilih childfree karena alasan karier, kesehatan, lingkungan, atau pandangan hidup tertentu, yang juga mencerminkan hak otonomi atas tubuh dan pilihan hidup masing-masing. HAM tidak hanya menjamin hak untuk memiliki anak, tetapi juga hak untuk hidup dengan aman, sejahtera, dan bebas dari tekanan sosial terkait pilihan pribadi yang tidak merugikan pihak lain. Penting juga untuk memahami bahwa keputusan untuk tidak memiliki anak bisa jadi sebuah bentuk kesadaran atas tanggung jawab. Artis atau figur publik yang memilih childfree sering kali melakukannya karena merasa belum siap dari segi emosional, finansial, atau merasa bahwa hidup tanpa anak lebih sesuai dengan visi hidup mereka. Selain itu, beberapa orang mungkin memilih jalur lain untuk berkontribusi pada masyarakat, seperti melalui adopsi, aktivitas sosial, atau filantropi.Seiring dengan perubahan sosial dan nilai-nilai yang berkembang, masyarakat diharapkan bisa menerima berbagai bentuk keluarga dan pilihan hidup. Keputusan childfree bukanlah bentuk penolakan terhadap nilai-nilai keluarga, melainkan interpretasi berbeda terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan.

Fenomena childfree, atau keputusan untuk tidak memiliki anak, semakin marak di kalangan artis di Indonesia dan menjadi topik hangat dalam masyarakat. Keputusan ini sering kali memicu pro dan kontra, terutama karena berkaitan dengan hak asasi manusia (HAM) yang menjamin kebebasan individu dalam memilih untuk menikah dan memiliki keturunan.

Childfree menjadi populer di kalangan generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, yang merasa belum siap untuk menjadi orang tua. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kelahiran di Indonesia terus menurun, dengan total fertility rate (TFR) yang turun dari 5,61 pada 50 tahun lalu menjadi 2,18 saat ini. Penurunan ini tidak hanya disebabkan oleh keinginan untuk childfree, tetapi juga oleh kesadaran pasangan untuk membangun keluarga yang ideal.

Alasan di Balik Keputusan Childfree :

• Artis-artis seperti Cinta Laura dan Gita Savitri adalah contoh publik yang mengungkapkan keputusan mereka untuk childfree. Cinta Laura berpendapat bahwa dunia sudah mengalami overpopulasi dan banyak anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Ia lebih memilih untuk mengadopsi anak-anak terlantar daripada melahirkan anak baru.
• Gita Savitri, di sisi lain, menyatakan bahwa memiliki anak dianggap sebagai beban yang dapat mengganggu kualitas hidup. Banyak artis lainnya juga menyatakan bahwa mereka merasa belum siap secara mental atau finansial untuk memiliki anak, sehingga memilih untuk fokus pada pengembangan diri dan karier.

Pandangan Masyarakat dan Kontroversi :

Keputusan untuk childfree sering kali menuai kritik dari masyarakat. Beberapa orang berpendapat bahwa keputusan ini bertentangan dengan nilai-nilai tradisional yang menganggap memiliki anak sebagai bagian penting dari pernikahan. Namun, ada juga yang melihat keputusan ini sebagai refleksi dari kesadaran sosial dan tanggung jawab terhadap kondisi dunia saat ini.