Di ruang Aula kantor Bakesbangpol jalan Mawar No. 39 Kelurahan Sukabumi, suasana dialog terasa begitu akrab. Peserta terlihat sesekali bertanya tentang hal-hal yang mereka anggap belum begitu paham.
Wawan menegaskan, etika dalam dunia politik menandakan kedewasaan seseorang dalam menangani urusan politik. “Saat kita hidup bersama, kita mungkin memiliki pandangan yang sama atau berbeda. Kita harus tetap menjunjung tinggi rasa saling menghargai; meskipun kita berpandangan sama, kita tak boleh menjadikan kekuatan untuk melawan yang berbeda pandangan,” ungkapnya.
Etika dan budaya politik menjadi landasan penting dalam setiap kegiatan demokrasi, mulai dari pemilihan legislatif (pileg), pemilihan kepala daerah (pilkada), hingga pemilihan presiden (pilpres). Di samping asas kejujuran dan keadilan yang menjadi pilar utama penyelenggara pemilu, suksesnya pesta demokrasi juga berakar pada pemahaman masyarakat akan etika dan budaya politik.
Kepala Bakesbangpol Kota Probolinggo, M. Sonhadji, menjelaskan bahwa Dialog Etika dan Budaya Politik Bagi Toga dan Tomas diadakan dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan wahana demokrasi. Khususnya dalam konteks etika dan budaya politik yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945, sebagai bekal menghadapi pemilu dan pilkada tahun 2024.
“Kami berharap, melalui kegiatan ini, masyarakat akan lebih memahami dinamika kehidupan berpolitik dan dapat lebih aktif berpartisipasi dalam pesta demokrasi, terutama dalam pemilu serentak tahun 2024,” paparnya.
Sama halnya dengan pandangan Sonhadji, Arief, salah satu peserta dari Kanigaran, berbagi pemikirannya di probolinggokota.go.id bahwa melalui kegiatan ini, ia merasa lebih memperluas pengetahuannya dan semakin memahami dunia politik.
(SB)
