AESENNEWS.COM Probolinggo - Pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat, tentu jadi perhatian serius bagi Pemkot Probolinggo. Mereka tak main-main, lho! Baru-baru ini, melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) setempat, mereka menggelar suatu acara yang menarik, yakni Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan. Suasana pagi hari yang sejuk pada tanggal 1 November menjadi saksi pertemuan ini.
Dalam rapat yang penuh semangat itu, hadir beragam tokoh, mulai dari anggota Tim Pokja Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Satgas Pangan Polres Probolinggo Kota, hingga perwakilan kelompok tani, distributor, dan pemilik penggilingan. Mereka semua berkumpul di ruang pertemuan yang nyaman, yaitu Ombass Cafe Resto.
Tidak kurang dari 2 narasumber yang membagi pengetahuan mereka dalam acara ini. Pertama, ada Yoga Prasetyadi dari Bulog Sub Divre Probolinggo. Kedua, Moch Devis Susandika dari Bagian Perekonomian Provinsi Jawa Timur. Mereka memberikan wawasan yang berharga tentang pasokan dan harga pangan.
Kepala DKPPP, Aries Santoso, menjelaskan bahwa Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan merupakan bagian dari program nasional yang diinisiasi oleh Badan Pangan Nasional. Tujuannya jelas, yaitu melindungi pelaku usaha pangan dan menjaga daya beli konsumen. Aries dengan penuh semangat menyampaikan, "Badan Pangan Nasional memiliki program-program strategis untuk mewujudkan tujuan ini, salah satunya adalah stabilisasi pasokan dan harga pangan. Dengan demikian, petani, nelayan, pembudidaya ikan, dan pelaku usaha pangan mikro dan kecil dilindungi, dan konsumen tetap bisa mengakses pangan pokok dengan harga terjangkau."
Wali Kota Habib Hadi Zainal Abidin, melalui perwakilannya, Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan yang akrab disapa Wawan Soegyantono, mengungkapkan keprihatinannya. Harga komoditas pangan yang turun membuat para petani merasa tertekan. Wawan dengan tegas menyatakan perlunya campur tangan dari dinas terkait untuk menstabilkan kondisi ini.
"Harganya turun, ini juga menyebabkan para petani ini agak sedikit (membuat) semangatnya berkurang, karena dengan harga jual yang turun namun biaya operasional sangat tinggi. Sehingga dijual pun merasa belum sampai dengan BEP (break even point = titik impas, Red.) atau juga defisit rugi. Nah inilah yang mungkin ada beberapa yang harus dilakukan oleh stakeholder khususnya pada dinas terkait, bagaimana menyikapi, sebagai upaya sehingga tidak sampai terjadi kerugian yang sangat mendalam," tegas Asisten Wawan.
Selanjutnya, dalam upaya menjaga stabilitas pangan, Asisten Wawan memberikan pesan kepada peserta rapat, terutama para petani. Dia menyarankan agar mereka selalu mempertimbangkan situasi iklim saat akan menanam tanaman pangan. Terutama komoditas seperti beras dan gula sangat dipengaruhi oleh cuaca. "Kemarin beras, disusul dengan adanya gula, beberapa hal terkait masalah ini juga dipengaruhi situasi iklim juga. Inilah yang mungkin perlu adanya evaluasi, bagaimana pelaksanaan untuk bisa menanam supaya nanti pada saat kondisi iklim yang berpengaruh kepada harga jual dari komoditi ini yang sangat bisa dijadikan suatu perhatian," pesannya.
Dalam rangka menjaga ketersediaan dan harga pangan, tindakan koordinasi dan perencanaan dengan berbagai pihak sangat diperlukan. Semoga upaya ini dapat membantu menjaga kesejahteraan para petani dan ketersediaan pangan bagi masyarakat.
(SB)