DIANA MULYA DEWI, 197109172005012008, Guru SMKN 2 Kota Probolinggo, dianamdewi71@gmail.com
AESENNEWS.COM, Yogyakarta - Istilah literasi digital dikemukakan pertama kali oleh Paul Gilster (1997) sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Ia mengemukakan bahwa literasi digital merupakan kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari piranti digital secara efektif dan efisien dalam berbagai konteks, seperti akademik, karier, dan kehidupan sehari-hari. Bawden (2001) memperluas pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi.
Literasi komputer berkembang pada dekade 1980-an ketika komputer mikro semakin luas di pergunakan, tidak hanya di lingkungan bisnis, tetapi juga di lingkungan masyarakat. Sementara itu, literasi informasi menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, dan disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring.
Martin (2006) merumuskan definisi literasi digital sebagai berikut:
Digital literacy is the awareness, attitude and ability of individuals to apro riately use digital tools and facilities to identify, access, manage, integrate, evaluate, analyse and synthesize digital resources, construct new knowledge, create media ex ressions, and communicate with others, in the context of specific life situations, in order to enable constructive social action; and to reflect upon this process.
(Literasi digital adalah kesadaran, sikap dan kemampuan individu untuk menggunakan alat dan fasilitas digital secara tepat untuk mengidentifikasi, mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisis dan mensintesis sumber daya digital, membangun pengetahuan baru, menciptakan ekspresi media, dan berkomunikasi dengan orang lain. dalam konteks situasi kehidupan tertentu, untuk memungkinkan tindakan sosial yang konstruktif dan merenungkan proses ini)
Hague dan Payton (2010) juga mengemukakan bahwa literasi digital merupakan kemampuan untuk membuat dan berbagi dalam mode dan bentuk yang berbeda; untuk membuat, berkolaborasi, dan berkomunikasi lebih efektif, serta untuk memahami bagaimana dan kapan menggunakan teknologi digital yang baik untuk mendukung proses tersebut.
Dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemi (2021) karya Devri Suherdi, Literasi Digital adalah sebuah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digitalisasi, termasuk alat alat komunikasi yang modern atau jaringan internet dalam menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan informasi, membuat Informasi dan memanfaatkannya secara bijak, cerdas, cermat, tepat dan tentunya patuh hukum dan aturan dalam rangka membina komunikasi dan interaksi positif dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Yudha Pradana dalam Atribusi Kewargaan Digital dalam Literasi Digital (2018), literasi digital memiliki empat prinsip dasar, yaitu:
Pemahaman, artinya masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan media, baik secara implisit maupun eksplisit.
Saling ketergantungan, artinya antara media yang satu dengan lainnya saling bergantung dan berhubungan, saling berdampingan serta melengkapi antara satu sama lain.
Faktor sosial, artinya media saling berbagi pesan atau informasi kepada masyarakat, karena keberhasilan jangka panjang media ditentukan oleh pembagi serta penerima informasi.
Kurasi, artinya masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses, memahami serta menyimpan informasi untuk dibaca di lain hari. Kurasi juga termasuk kemampuan bekerja sama untuk mencari, mengumpulkan serta mengorganisasi informasi yang dinilai berguna.
Literasi digital bisa diterapkan di mana saja, yakni di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Berikut beberapa contoh penerapan literasi digital di sekolah yaitu komunikasi dengan guru atau teman melalui media sosial (SMS, WhatsApp,Telegram, Messenger, dll), mengirim tugas sekolah lewat e-mail, pembelajaran dengan cara online, yakni lewat aplikasi ataupun web, zoom, mencari bahan ajar dari internet (browsing) dan lain-lain. Literasi digital di rumah yaitu melakukan penelusuran dengan menggunakan browser, mendengarkan musik dari layanan streaming resmi, melihat tutorial pembelajaran dari internet dan juga untuk pengerjaan laporan. Literasi digital di lingkungan masyarakat yaitu menggunakan media internet untuk menggalang dana atau donasi, penggunaan media sosial untuk sarana promosi penjualan, memakai aplikasi meeting untuk rapat RT, menggunakan grup di media sosial untuk menyebarkan informasi yang tepat dan kredibel.
Literasi Digital di sekolah sebagai salah satu kegiatan yang melibatkan perangkat digital baik hardware, software maupun brainware. Hardware atau perangkat keras dibutuhkan dengan spesifikasi yang kekinian agar siswa mudah beradaptasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Software atau perangkat lunak dibutuhkan sebagai penerjemah komunikasi antara perangkat komputer dan user. Software dapat berupa aplikasi misalnya Microsoft Office. Sedangkan Brainware adalah sumber daya manusianya yaitu manusia yang mengoperasikan perangkat komputer.
Berikut ini adalah contoh aplikasi kegiatan literasi digital disekolah khususnya pada Program Keahlian Teknik Elektronika Industri yang dikaitkan dengan perubahan karakter siswa. Pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai, guru memberikan judul topik bahasan tentang materi yang akan didiskusikan. Siswa menyimak penjelasan secara umum, mendengarkan rambu-rambu atau petunjuk baik keywords maupun langkah-langkah yang harus dilakukan. Siswa mencari informasi di berbagai referensi baik berupa artikel, tutorial maupun buku digital di internet untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Siswa bebas bereksplorasi dalam menambah pengetahuannya guna memecahkan masalah yang diberikan guru. Misalnya materi yang dibahas adalah komponen elektronika yaitu potensiometer. Tugas yang diberikan kepada siswa adalah bagaimana mengidentifikasi potensiometer dalam kondisi rusak atau baik. Pemahaman siswa harus dibangun terlebih dahulu sehingga siswa bisa mengerjakan tugasnya secara mandiri. Pencarian informasi ini dengan memanfaatkan hardware dan software yang terdapat di sekolah.
Hasil pembelajaran dengan menerapkan Literasi Digital menunjukkan perubahan pada karakter siswa yang meliputi peningkatan kemandirian belajar, motivasi belajar, rasa ingin tahu, berpikir kritis, semangat belajar, percaya diri, berani mempresentasikan hasil belajarnya di depan kelas, disiplin waktu dalam menyelesaikan tugas dan lain-lain. Siswa lebih memahami materi pelajaran karena dapat menemukan jawabannya sendiri.
Literasi Digital dalam pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternatif sehingga wawasan guru dan siswa bertambah.
2. Memperjelas materi pelajaran yang diberikan oleh guru dengan melihat simulasi atau
kondisi riil di You Tube dll
3. Belajar lebih efektif dan efisien karena tidak hanya disekolah proses belajarnya tetapi
bisa di rumah atau dimana saja sepanjang ada kesempatan membuka jaringan internet.
4. Pembelajaran mengikuti perkembangan kurikulum dan tuntutan akan peningkatan
kompetensi siswa baik kognitif, psikomorik dan afektif.
5. Literasi Digital membentuk karakter siswa lebih mandiri, termotivasi, bebas
bereksplorasi, mencari alternatif solusi sehingga mewujudkan merdeka belajar.
(Penulis : Diana Mulya Dewi
Editor : Dikpoer)