AESENNEWS.COM Probolinggo - Musik tradisional dug-dug dan lampu sorot warna-warni, meramaikan Alun-alun Kota Probolinggo, pada Sabtu (28/10) malam. Kemeriahan itu datang dari sebuah acara yang diusung oleh Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan. Mengajak tiga pembatik di wilayahnya, digelar acara launching Taplak Batik Tulis Sukma. Sebuah ajang promosi karya seni kain batik melalui peragaan busana bertajuk Shining Batik Sukma.
Adalah D'aisha Batik, Kampung Batik Bremi dan Batik Zahra yang berkolaborasi cantik malam itu. Disaksikan oleh Ketua Dekranasda Kota Probolinggo Aminah Hadi dan masyarakat, mereka menampilkan karya kain batik yang dikenakan dalam berbagai gaya busana.
Tepat berada di tengah alun-alun, acara launching Taplak Batik Sukma dikemas anggun dan berkelas. Sepuluh peraga busana dari komunitas The Universal Line Dance (D'ULD) Kota Probolinggo membawa taplak batik yang akan menjadi ikon Kelurahan Sukabumi. Hal tersebut ditegaskan oleh Plt. Lurah Sukabumi Yoke Arifah dalam laporannya.
"Pada taplak batik sukma terdapat motif khas Sukabumi Maju, Sukma, berupa ikon Kampung Nila, ikon Kampung Bremi dan ikon Mangga Anggur, sebuah pemikiran bersama menghasilkan taplak batik tulis sukma," jelas Plt Lurah Sukabumi
Usia menyaksikan launching dan menerima taplak batik sukma, Ketua Dekranasda Aminah Hadi menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pembatik yang telah bekerja keras membuat karya batik, sehingga bisa ditampilkan di acara malam itu.
"Perajin batik yang menampilkan karyanya di sini, tentu saja patut kita apresiasi yang setinggi tingginya. Karena sebuah karya sampai siap ditampilkan di hadapan khalayak, mestilah melewati proses yang tidak mudah, maka layak berikan tepuk tangan kepada mereka yang telah bekerja keras untuk penampilan malam ini," terang Aminah.
Sementara itu, salah seorang perajin batik dari Kampung Batik Bremi, Trinil mengungkapkan bahwa ada 10 model kain batik khas pesisiran yang telah disiapkan untuk agenda Shining Batik Sukma kali ini. "Untuk malam ini kita fashion dengan produk batik masing-masing. Kita buat sendiri batiknya, motif khas harus ada bunga atau pohon mangrovenya itu ciri khasnya karena kita pesisiran. Bawa 10 model, ibu-ibu pembatik sendiri yang akan tampil," terang Trinil.
(SB)