AESENNEWS Probolinggo - Ribuan warga memadati kawasan Pelabuhan Pelelangan Ikan (PPI) Mayangan untuk menyaksikan puncak Pagelaran Petik Laut, Tasek Mas dan Bazar UMKM, yang diinisiasi oleh Kelurahan Mayangan, Sabtu (26/8) siang. Warga begitu antusias mengikuti tradisi turun temurun warisan leluhur tersebut. Mereka telah menyiapkan beragam sajian yang dikemas dalam tumpeng-tumpeng untuk dinaikkan ke perahu dan dimakan bersama-sama saat proses larung. Selain itu ada pula beragam hasil bumi seperti kepala sapi, sayur mayur, buah-buahan, tebu, burung merpati, ayam, hingga pakaian anak-anak.
Ada juga mainan, alat kebersihan hingga kain dan peralatan masak. Tak lupa kepala sapi yang diletakkan di bagian paling depan dari Jitek, perahu yang membawa barang-barang symbol syukur masyarakat Mayangan itu.Sebelum dilarung, Jitek disandarkan untuk didoakan bersama-sama untuk kemudian ditarik oleh kapal besar dan diiringi 61 kapal lainnya untuk dibawa ke utara Pulau Gili. Prosesi Pelepasan Pagelaran Petik Laut di Kelurahan Mayangan siang tadi, dilakukan oleh Dandim 0820 Letkol ARM Heri Budiasto yang didampingi Asisten Pemerintahan Setda Kota Gogol Sudjarwo. Juga Plh Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Trilia Yuliana, unsur Forkopimda, Camat dan Lurah se Kecamatan Mayangan, dengan iringan musik hadrah Al Maliki.
Ketua Panitia Petik Laut Kota Probolinggo Tahun 2023, Kadir, mengatakan petik laut merupakan tradisi tahunan masyarakat pesisir di Kota Probolinggo. Sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan atas hasil laut dan keberkahan yang diterima nelayan Kota Probolinggo.
“Saya berterimakasih yang sebesar-besarnya pada Pemkot Probolinggo yang sudah berkolaborasi dengan panitia petik laut, HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, red) serta para pelaku usaha, para dermawan dan masyarakat yang telah memberikan supportnya. Sehingga rangkaian kegiatan petik laut dapat terselenggara dengan baik dan lancar,” katanya
Sementara itu, Iwan Arif Affandi, Lurah Mayangan mengatakan, isi dari Jitek tidak ditenggelamkan atau dibuang seperti halnya sesajen. Barang-barang tersebut boleh diambil oleh nelayan lain yang bukan warga Mayangan. “Jadi itu bukan sesajen. Itu adalah bentuk sedekah warga Kelurahan Mayangan, kemudian akan diambil oleh nelayan lain. Di antaranya nelayan Pulau Gili Ketapang. Kemudian untuk tumpeng ya dimakan bersama-sama sebagai ungkapan rasa syukur,” jelasnya.
Karena itu Iwan menolak jika dikatakan ada unsur sia-sia dari kegiatan ini. “Dulu memang tradisinya Jitek berisi hasil bumi itu ditabrak kemudian ditenggelamkan. Sekarang tidak. Jadi barang-barang di dalamnya malah disedekahkan,” tambahnya.
Camat Mayangan Agus Dwi Wantoro menyampaikan penyelenggaraan petik laut sendiri, lanjutnya, dilakukan setiap dua tahun sekali di bulan Safar. Khusus tahun 2023 ini, pelaksanaannya bertepatan dengan bulan kelahiran RI, yang mana ini adalah kali pertamanya setelah masa pandemi Covid-19 berakhir.
“Kegiatan petik laut sempat terhenti karena pandemi, selama empat tahun. Ini adalah kesenian lokal tradisional yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Karena merupakan salah satu kekayaan budaya yang ada di Kota Probolinggo,” ujarnya.
(Bay)