Salah seorang warga, Yati mengatakan, keberadaan tambang tersebut hanya berjarak 300 meter dari permukiman warga. Dalam setahun itu sudah terdapat tiga kali suara ledakan yang diduga berasal dari dinamit pemecah batu.
Kalau pekerja tambang batu mau meledakan batu, ada sirine yang dibunyikan. Kami berlari untuk bersembunyi, atap rumah saya sampai rusak diduga terkena pecahan batu, ucapnya di Gedung DPRD Lamteng, Senin, 15/8/2022.
Suryati menambahkan, aktivitas peledakan tersebut sudah berjalan selama sepuluh tahun. Peledakan itu menimbulkan hujan batu, debu, serta limbah yang mencemari persawahan.
"Atap rumah saya jebol karena hantaman batu, tetapi mereka cuma kasih ganti rugi Rp100 ribu," Jelas yati kepada wartawan media ini.
Kepala Kampung (Kakam) Nyukang Harjo, Budi mengatakan diduga ada tiga perusahaan yang melakukan aktivitas penambangan batu di sekitar permukiman warga.
Dalam satu hari saat peledakan itu, masyarakat tidak bisa beraktivitas karena khawatir keselamatan mereka. Ada yang bersembunyi, takut kena batu, dan ada yang kaget dengan suara letusan, kata budi.
Warga kami yang terdampak sudah mencapai puluhan orang, dan limbahnya juga ada yang ke sungai sampai terjadi pendangkalan hingga mengakibatkan banjir. Selain itu ada yang ke persawahan milik petani yang mengakibatkan pertumbuhan padi tidak produktif dan sampai serpihan batu menimpa atap rumah warga, tambah Budi.
Budi meminta agar pihak perusahaan dapat memberikan perhatian lebih layak dan memberikan kebijakan atau solusi lebih baik kepada masyarakat sekitar. Karena selama ini apa yang diberikan dirasa belum sesuai dengan apa yang dialami masyarakat, terutama dari sisi psikologis, katanya.
Menyikapi hal tersebut, anggota Komisi III DPRD Lamteng, Hanapiah menegaskan pihaknya akan menindak lanjuti masalah warga tersebut.
Kita akan tindak lanjuti, lapor kepada pimpinan untuk mencari solusi dari keluhan yang disampaikan, kata Ketua Fraksi Nasdem DPRD Lampung Tengag tersebut.
(Putra-red)