AESENNEWS.COM, - cianjur, saling menghargai perbedaan merupakan suatu keharusan yang seharusnya tercipta dilingkungan yang berdampingan antara dua agama, semisal ketika ada kegiatan di gereja, mesjid menghargai kegiatan tersebut begitupun sebaliknya.
Gereja Bethel Pembaharuan Jemaat Pentahiran Palalangon merupakan gereja yang berdiri diantara pesantren dan mesjid besar, kedua tempat ibadah tersebut saling berhadapan satu sama lain walaupun sedikit terhalang oleh pepohonan rimbun, namun suara toa mesjid yang besar selalu terdengar keras di setiap minggu pagi pasca ibadah raya.
Dari informasi yang dihimpun oleh awak media, beberapa orang yang ditemui mengungkapkan bahwa "Gereja tersebut sudah berdiri jauh lebih lama ketimbang mesjid yang berada di depannya, dan pendiri mesjid dan pesantren tersebut adalah seorang mualaf yang berpindah agama dari kristen menjadi islam, kemudian mendirikan pesantren tersebut".
Ketika awak media berada disana pada minggu (14/8/22) pagi, tedengar suara pengajian yang sumbernya dari mesjid tersebut, keras memang.
MT (45) seorng pdt di gereja tersebut menyebutkan "bahwa dulu pengajian tersebut memang selalu dilakukan pada minggu pagi, dan dulu saja ketika beribadah berlangsung, toa tersebut juga ikut berbunyi sehingga kegiatan peribadahan di gereja ini terganggu, dan ketika sedang khotbah malah tidak terdengar karena kerasnya suara toa tersebut" ucapnya. (14/8/22).
"Tapi saat ini sudah mulai mengecil dan kadang kala suka berhenti, kalo dulu ketika kita beribadah malah makin kencang, sekarang Puji Tuhan sudah menurun dan kadang berhenti kalo pas mulai kebaktian", ucapnya, begitupun juga pendapat jemaat yang serupa.
-Asep Supriana-