-->

PJ Bupati Purwakarta

#'

no-style

HKI dan UEM Gelar diskusi publik lintas agama dengan tema "memperkuat kerjasama lintas iman dalam menyuarakan pelayanan publik yang Non-diskriminatif"

AESENNEWS.COM
Saturday, July 2, 2022, 9:29:00 PM WIB Last Updated 2022-07-02T14:29:00Z
AESENNEWS.COM, Bandung, Jika didalam sebuah  kehidupan semua harus berwarna hitam maka saya yakin tidak ada keindahan didalamnya, sama halnya seperti jika semua orang memiliki emas, tentunya emas tidaklah semahal seperti saat ini,  begitu pula dengan toleransi umat beragama. 

"Kerukunan umat beragama di bandung selatan dalam Sepuluh tahun terakhir ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja terkhususnya untuk golongan minoritas seperti umat nasrani yang melakukan peribadatan di gereja HKI harus di tutup secara paksa oleh oknum dari kelompok mayoritas", begitulah ungkapan Pdt. Hendra Pardede dalam sambutan  pembukaan Focus Group Discussion yang di adakan oleh HKI dan UEM di Gedung Bandung Techno Park bandung, pada sabtu (02/7/22).


Fikri Gusti, Fasilitator dan sekaligus sebagai kelompok JAKATARUB mengatakan bahwa toleransi itu sangat penting, dimana kaum minoritas selalu mendapatkan diskriminatif, saat ini saja ada beberapa gereja yang harus di tutup peribadahannya oleh sekelompok mayoritas, Fikri juga  menjelaskan tujuan  diadakannya kegiatan FGD ini yakni :
1. Menjalin komunikasi strategis dengan komunitas-komunitas anak muda, lintas 
agama, serta masyarakat sipil/NGOs di Bandung, Jawa Barat yang konsen pada isu 
toleransi dan kebebasan beragama.

2. Mendiskusikan persoalan-persolaan terkini yang dialami dan dihadapi dalam 
konteks pelanggaran kebebasan beragama dan berkepecayaan di Bandung, Jawa 
Barat.

3. Merekemondasikan sebuah pembelajaran bersama yang dapat digunakan dalam 
dalam memperkuat pendidikan toleransi dan perdamaian di Bandung, Jawa Barat.
"Dalam diskusi publik yang bertajuk toleransi dan non-diskriminatif dihadiri beragam tokoh publik, lembaga agama, mahasiswa, aktifis dan masih banyak lainnya, seperti kelompok/organisasi SALIM, ITEUNG GUGAT, GMKI, JAKATARUB,  HMI, HKI, FKUB, KEUSKUPAN BANDUNG, PUAN HAYATI, PGI, HKI BETHESDA, LBH BANDUNG, JURNALIS PEWARNA INDONESIA, UNPAR, HKBP, dan KESBANGPOL BANDUNG" ucapnya dalam pembukaan acara tersebut.

Kegiatan Focus Discussion Group ini dibagi dalam tiga sesi, yakni sesi pertama para peserta/kelompok mengungkapkan pendapat atau pandangan mengenai toleransi dan hal-hal yang mendiskriminatif, pada sesi kedua yakni fasilitator membagi kelompok untuk membahas dan mendiskusikan dua hal yakni Kekhawatiran dan Harapan, sesi ketiga diisi dengan, Apa yang harus dilakukan setelah kegiatan ini dilaksanakan?. 

Dalam kegiatan FGD pada sesi satu masing-masing kelompok/organisasi di berikan waktu sekitar 10 menit untuk memberikan pendapat tentang hal-hal yang bersifat diskriminatif terhadap kenyamanan peribadatan kaum minoritas.
Kesempatan tersebut disambut baik oleh peserta diskusi dimana masing-masing menceritakan secara gamblang bentuk-bentuk diskriminatif terhadap kepercayaannya. 

Salahsatunya seperti yang di ungkapkan oleh minoritas Kepercayaan Kepada Tuhan beliau mengungkapkan "betapa sedihnya kaum minoritas yang saya anut, dimana keadaan atau kehadiran kami di nusantara ini seolah-olah tidak dianggap ada oleh orang lain".

Berbeda cerita juga dengan Salah seorang pendeta dari HKBP Rancaekek dimana beliau mengatakan " diskriminatif terhadap kegiatan peribadahan umat beragama juga terjadi terhadap gereja kami, dimana gereja kami harus di segel dan dilarang beroperasi, bahkan ketika kami mengurus perijinan Gereja, selalu saja tidak ada titik terang. Bahkan sampai saat ini kami selalu pesimis, bahkan ada ketakutan yang kami alami ketika kami beribadah" ungkapnya dalam diskusi, pada Sabtu(2/7/22). 

Tidak hanya HKBP,  Pdt Hendra Pardede juga mengatakan "HKI sebagai tuan rumah acara ini  juga mengalami hal yang serupa, dimana gereja HKI juga turut di tutup  secara paksa oleh sekelompok orang dan juga didukung oleh kaum mayoritas, dan saat ini HKI  harus menyewa di salah satu gedung di kota bandung". Ucapnya. 


Pada sesi ke dua fasilitator membagi kelompok untuk mendiskusikan Kekhawatiran dan Harapan, seperti yang di ungkapkan secara gamblang oleh kelompok tiga yakni, kekhawatiran :
a. Merebaknya organisasi radikalisme.
b. Diskriminatif terhadap golongan tertentu dalam sektor publik.
c. Diskriminasi dilingkungan sekolah
d. Mayoritas mengklaim kewenangan, dan manpower dimana hal ini kekuatan ada pada sekelompok orang Dan kekuatan hukumpun terkalahkan. 


Dalam sesi ketiga yaitu membahas tentang apa yang akan dilakukan setelah kegiatan ini selesai ? Dan menghasilkan enam point penting yakni:

1. Adanya kegiatan FGD yang dihadiri oleh multi stakeholder (pemangku kebijakan).
2. Camping lintas antar umat beragama di bandung selatan.
3.  Saling support dan menguatkan solidaritas di kab bandung.
4. Membentuk wadah atau kelompok/ perkumpulan mahasiswa lintas Agama.
5. Dalam acara berikutnya mengundang MUI.
6. Mengundang ormas Garis Keras.
Dalam akhir sesi diskusi publik antar umat beragama ini Pdt. Firman mengatakan "Tuhan yang maha esa itu tidak terbatas dan agama itu terbatas,  kemaha esa-an Tuhan tidak dikavling oleh ke-esaan suatu agama, tapi Tuhan menerima segala keterbatasan manusia, keterbatasan agama. Tuhan selalu memberkati kita semua karena kasihNya yang tidak terbatas itu. Kemudian kedepannya agama ini harus menjadi penjamin dan pengawal pemerintahan, dan negara yang menjamin kebebasan dan keamanan. Untuk itu kedepannya lembaga-lembaga agama juga harus menjadi penjamin keamanan dan ketertiban itu, tutup Firman. Sabtu(2/7/22). -Asep Supriana- (Jurnalis Pewarna Indonesia)
Komentar

Tampilkan

  • HKI dan UEM Gelar diskusi publik lintas agama dengan tema "memperkuat kerjasama lintas iman dalam menyuarakan pelayanan publik yang Non-diskriminatif"
  • 0

Terkini

layang

.

social bar

social bar

Topik Populer

Iklan

Close x